Te: Rupiah dan IHSG Kembali Menghadapi Tekanan

by -165 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Rupiah diperkirakan akan mengalami tekanan dalam perdagangan hari ini.

Testimoni yang disampaikan Gubernur Bank Sentral AS memicu kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun 2023 ini. Imbal hasil US Treasury 10 tahun dan 2 tahun mengalami peningkatan menjelang pidato Gubernur Bank Sentral AS.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan bahwa imbal hasil obligasi US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan AS sebelumnya hampir mencapai level 5%. Saat ini, tingkat imbal hasil tersebut diperdagangkan di 4,951% untuk 10 tahun, dan 5,116% untuk tenor dua tahun.

Dengan peningkatan imbal hasil tersebut, mata uang rupiah berpotensi mengalami tekanan, dengan skenario terburuk mendekati level 16.000 per Dolar AS.

“Meskipun demikian, pada sesi perdagangan hari ini, rupiah berpotensi diperdagangkan pada kisaran 15.850 hingga 15.940. Pada pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah dibuka melemah di level 15.870. Kinerja Dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan akan menguat terhadap banyak mata uang dunia, seiring dengan kenaikan USD Index yang kembali naik di atas level 106.5,” kata Benjamin pada Kamis (26/10).

Di sisi lain, kinerja bursa saham global juga mengalami penurunan. Bursa saham di AS dan Eropa mengalami tekanan pada perdagangan sebelumnya.

Beberapa bursa saham di Asia juga dibuka dengan penurunan pada perdagangan hari ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri mengalami penurunan menjadi 6.838,61 pada sesi pembukaan.

“Kinerja pasar saham sedang menunggu rilis pertumbuhan ekonomi AS yang akan menjadi pendorong pasar berikutnya. IHSG berpotensi untuk kembali menguji level psikologis 6.800 pada perdagangan hari ini,” ungkapnya.

Namun, dilema yang dihadapi pasar saat ini adalah bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi AS yang meningkat menjanjikan adanya potensi pemulihan ekonomi global, namun peningkatan suku bunga acuan juga menjadi ancaman.

Sementara itu, kebijakan yang diambil oleh Presiden Jokowi yang membebaskan pajak pembelian rumah dan menghapuskan DP 0% dianggap sebagai berita baik bagi sektor properti.

“Saat ini, pelaku pasar juga khawatir terjadi krisis di sektor properti China yang telah menyeret sejumlah perusahaan besar di negara tersebut. Krisis di sektor properti China berpotensi memicu krisis yang lebih besar. Meski upaya penyelamatan sektor properti tersebut terus dilakukan,” katanya.

“Untuk harga emas, hari ini diperdagangkan naik menjadi $1.983 per ons troi. Pelaku pasar masih terus memantau perkembangan konflik di Timur Tengah. Saya berpendapat bahwa pelaku pasar masih akan mengumpulkan emas jika ketegangan geopolitik semakin memburuk. Konflik di Timur Tengah selama ini telah mendorong kenaikan harga emas itu sendiri. Dan harga emas yang hampir mencapai $2.000 per ons troi dianggap sudah berada pada level jenuh beli,” jelasnya. (wol/eko/d1)

Editor: Ari Tanjung