PDIP Menilai Berlagak Korban, Gibran Menanggapi Kritik

by -173 Views

JAKARTA, Waspada.co.id – Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka tidak mau bereaksi secara berlebihan dalam menghadapi penilaian bahwa dia pandai memainkan peran playing victim.

Penilaian bahwa Gibran pandai memainkan isu playing victim alias berlagak korban dilontarkan Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI Perjuangan (PDI-P) Komarudin Watubun.

Komarudin menyatakan PDI-P tidak akan memecat atau memberhentikan Gibran karena menjadi Cawapres Prabowo Subianto. PDI-P hanya menunggu sikap Gibran untuk mengundurkan diri dari anggota partai.

Gibran mengakui bahwa selama ini dia menjadi sasaran tembak terkait keputusannya mencalonkan diri sebagai pendamping Prabowo Subianto. Namun, dia tidak pernah merespon secara berlebihan. Gibran memilih untuk diam dan menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat yang akan menjadi pemilih di Pilpres 2024 mendatang.

“Saya kan diam terus,” ujar Gibran, di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (10/11).

Gibran juga memastikan tetap maju sebagai Cawapres Prabowo, meskipun Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MK) telah memberhentikan Anwar Usman dari jabatan ketua MK.

Keputusan MK tentang gugatan perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 terkait batas usia Capres-Cawapres yang meloloskan Gibran sebagai Cawapres dinilai cacat dalam etika.

Gibran menyatakan tetap menghormati keputusan Majelis Kehormatan MK. Terkait posisinya sebagai Cawapres Prabowo, Gibran kembali menyerahkan kepada masyarakat sebagai pemilih.

Sebelumnya, Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI-P Komarudin Watubun mengingatkan Gibran untuk memenuhi kewajibannya untuk keluar dari PDI-P dan menyerahkan Kartu Tanda Anggota (KTA) ke DPC Solo.

Komarudin menjelaskan bahwa PDI-P tidak memilih untuk memecat atau memberhentikan Gibran. Menurutnya, jika PDI-P memecat Gibran, maka akan timbul narasi seakan-akan dia menjadi korban dalam sengkarut internal politik.

“Ini manusia (Gibran) pandai menggunakan isu, informasi, playing victim. Jadi lagi mencari celah supaya, pokoknya hal yang benar bisa diputar menjadi masalah. Kita tidak mau terjebak dalam cara-cara begitu. Karena itu merusak pikiran generasi yang akan datang,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com. Kamis (9/11). (wol/kompastv/ryan/d2)