Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Hari Senin (20/11)

by -92 Views

JAKARTA, Waspada.co.id – Nilai tukar rupiah berpotensi untuk terus menguat pada hari Senin (20/11) setelah meninggalkan level psikologis Rp15.500 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kemungkinan akan bergerak fluktuatif namun berpeluang untuk ditutup menguat di kisaran Rp15.460- Rp15.540 per dolar AS pada hari Senin (20/11).

Berdasarkan data Bloomberg, pada hari Jumat (17/11), rupiah menguat 0,40% atau 62 poin sehingga berada di posisi Rp15.492 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama juga menguat 0,17% atau 0,18 poin menjadi 104,53 pada pukul 15.20 WIB.

Selain itu, yen Jepang tercatat menguat 0,46%, won Korea Selatan menguat 0,04%, dolar Taiwan menguat 0,28%, dan ringgit Malaysia menguat 0,115%. Namun, yuan China mengalami koreksi tipis sebesar 0,06%.

Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa indeks dolar cenderung stabil terhadap mata uang lainnya pada Jumat. Namun, greenback diperkirakan akan melemah hampir 1,5% pada minggu sebelumnya karena adanya serangkaian pembacaan ekonomi yang moderat.

Setelah pembacaan inflasi AS untuk bulan Oktober yang lebih rendah dari perkiraan, data pada Kamis menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan AS tumbuh lebih dari perkiraan selama empat minggu berturut-turut.

Menurut Ibrahim, data tersebut memicu meningkatnya spekulasi bahwa The Fed telah selesai menaikkan suku bunga dan kemungkinan akan mulai memangkas suku bunga pada pertengahan tahun 2024.

“Risalah pertemuan The Fed bulan Oktober akan dirilis minggu depan, dan juga akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai prospek bank sentral,” kata Ibrahim dalam riset, Jumat (17/11).

Lebih lanjut, data yang dirilis minggu ini menunjukkan beberapa tanda ketahanan perekonomian China, seiring dengan pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel yang lebih besar dari perkiraan. Namun, indikator lainnya menunjukkan pelemahan konsisten pada perekonomian China, terutama ketika perekonomian China tergelincir ke dalam wilayah disinflasi.

Ibrahim menjelaskan bahwa fokus pasar saat ini tertuju pada Bank Rakyat Tiongkok (PBOC), yang akan memutuskan suku bunga acuan pinjaman utama pada hari Senin (20/11). PBOC diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada rekor terendah karena kesulitan menjaga keseimbangan antara menopang pertumbuhan ekonomi dan membendung pelemahan yuan.

Dari sentimen domestik, Ibrahim menyatakan bahwa Indonesia akan menghadapi tahun politik pada tahun 2024 mendatang. Hal ini menimbulkan keraguan di kalangan investor untuk melakukan investasi karena potensi ketidakstabilan yang muncul akibat gejolak politik.

Namun, Ibrahim menegaskan bahwa pasar yakin bahwa perekonomian Indonesia tidak akan terhambat oleh adanya Pemilihan Umum 2024. Sebaliknya, Indonesia dianggap sebagai tempat yang nyaman untuk melakukan investasi.

Data dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa realisasi investasi mencapai Rp349,8 triliun pada kuartal II-2023, naik 15,7% secara year-on-year (yoy), dan juga mengalami peningkatan sebesar 6,3% secara quarter-to-quarter (qtq) dibandingkan dengan kuartal I-2023.

Ibrahim menilai bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,94% (yoy) pada triwulan-III, hal ini tidak menutup fakta bahwa Indonesia adalah pasar yang potensial. Pasar Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, demografi muda, dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang konsisten. (wol/bisnis/ari/d1)