Prabowo Terbuka! Tidak Mengerti Istilah Gemoy, Sebuah Nama Sayang dari Pendukungnya

by -111 Views

Calon Presiden Prabowo Subianto mengaku tidak mengerti arti gemoy yang sering disematkan padanya.

“Saya sendiri tidak mengerti apa itu gemoy, gemoy itu,” ucap Prabowo dalam Dialog Publik PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jumat, (24/11).

Ketua Umum Partai Gerindra itu bercerita, joget yang sering dilakukannya dalam berbagai kesempatan berasal budaya wayang kakek dan orang tuanya. “Dulu kakek saya, orang tua saya zaman dulu tidak ada televisi, tidak ada TikTok. Yang ada hanya wayang jadi budaya kita,” ujarnya.

Setiap kali mendatangi rumah kakeknya, Prabowo mengatakan dia disambut dengan budaya seperti itu. “Tiap saya datang ke rumah kakek saya, saya disambut seperti itu,” tutur Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Kelamaan, Prabowo mengatakan joget itu kemudian masuk ke dalam alam bawah sadarnya. “Jadi mungkin di bawah sadar saya kalau saat ada berita gembira ya saya juga begitu,” ucapnya.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Cheryl Anelia Tanzil menjelaskan sebutan gemoy yang berarti menggemaskan untuk Prabowo Subianto merupakan julukan sayang dari para pendukungnya. Cheryl membantah julukan itu sebagai strategi kampanye yang diciptakan oleh tim sukses.

“Bagi generasi muda, Pak Prabowo muncul di ruang publik sebagai dirinya sendiri. Tampil beda dan apa adanya, yang mungkin tidak semua orang mengetahui sisi menggemaskannya itu,” kata Cheryl dalam keterangan tertulis TKN di Jakarta, Sabtu, (18/11).

Cheryl menilai istilah gemoy dan santuy — yang berarti santai — populer di kalangan Generasi Z (anak muda kelahiran 1997–2012) karena mereka bosan dengan sosok pemimpin yang berpura-pura. Para anak muda, yang nantinya juga menjadi pemilih dalam Pemilu 2024 menghendaki sosok pemimpin yang apa adanya.

Dari julukan gemoy itu, Cheryl berpendapat para anak muda melihat Prabowo sebagai sosok yang tampil apa adanya dan tidak berpura-pura.

“Pemilih hari ini sekarang bosan dengan pemilu yang dibawa ke arah saling serang, saling tuding. Istilah gemoy dan santuy jadi oase bagi pemilih sekarang bahwa berpolitik ternyata bisa dibuat asyik dan gembira” kata Cheryl.