Anak Palestina Tahanan Mengaku Dianiaya oleh Militer Israel Hingga Mengalami Patah Tulang

by -403 Views

Yerusalem, Waspada.co.id – Muhammad Nezzal, seorang anak Palestina yang dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, mengatakan bahwa beberapa tahanan sampai kehilangan kesadaran karena dipukuli secara brutal oleh pasukan Israel selama di penjara.

Nezzal ditangkap tiga bulan yang lalu di Kabatiye, Jenin, Tepi Barat, dan ditempatkan di penjara administratif selama enam bulan. Nezzal, yang pulang ke rumah dengan kondisi patah tulang di tubuhnya, mengatakan pasukan Israel terus-menerus menggerebek sel dan memukuli para tahanan.

“Beberapa kehilangan kesadaran akibat pemukulan di penjara. Ada seorang tahanan; setelah kehilangan kesadaran karena dipukuli, mereka mengeluarkannya dari sel, dan saya pikir mungkin dia telah meninggal, tetapi kami tidak dapat mengetahui apa pun tentang dia,” kata Nezzal kepada Anadolu Agency, Selasa (28/11).

“Pasukan pendudukan menyerang kami secara brutal. Mereka memukuli beberapa tahanan hingga mereka kehilangan kesadaran, dan yang lainnya menangis karena kejamnya penyiksaan,” dia menambahkan.

Nezzal, yang mengalami patah tulang di jarinya, memar di tangan dan berbagai bagian tubuhnya, mengatakan sebulan terakhirnya dirinya di penjara terasa seperti 20 tahun.

Berdasarkan kesepakatan pertukaran tahanan yang mulai berlaku pada 24 November lalu, sebanyak 50 warga Israel dibebaskan dengan imbalan 150 perempuan dan anak-anak Palestina dibebaskan dari penjara Israel. Pembebasan tersebut dilakukan dalam empat gelombang selama empat hari masa jeda kemanusiaan, yang kemudian diperpanjang selama dua hari pada Senin (27/11/2023) malam.

Danielle Aloni dan putrinya, Emilia (5), yang disandera oleh Hamas di Jalur Gaza, menuliskan surat ucapan terima kasih karena diperlakukan baik. Ucapan itu dia tulis setelah bebas di masa gencatan senjata Israel-Hamas.

Seperti dilansir media lokal Turki, TRT World, Selasa (28/11/2023), Aloni dan putrinya dibebaskan oleh Hamas pada 24 November lalu, setelah keduanya ditahan selama 49 hari di Jalur Gaza. Aloni menulis surat untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas perhatian yang diberikan para anggota kelompok milisi Palestina itu kepada putrinya, yang juga dibebaskan bersamanya.

Diketahui, pembebasan sandera merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan antara Hamas dan Israel. Keduanya telah dipertemukan kembali dengan keluarga mereka di Israel, usai dibebaskan di Jalur Gaza pekan lalu. Sebelum meninggalkan Jalur Gaza, Aloni menulis surat tulisan tangan. Dia berterima kasih kepada Hamas.

Sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, membagikan surat Aloni itu ke publik melalui akun resmi Telegram-nya pada 27 November kemarin. Surat Aloni itu ditulis dengan bahasa Ibrani, namun Hamas menyertakan terjemahan bahasa Arab dalam postingan Telegramnya. Disertakan juga foto Aloni dan putrinya dalam postingan itu.

“Saya berterima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam atas rasa kemanusiaan luar biasa yang Anda tunjukkan kepada putri saya, Emilia,” demikian kutipan salah satu bagian surat Aloni untuk Hamas.

Aloni membahas perlakuan baik yang disebutnya telah diberikan oleh Hamas kepada para sandera di Jalur Gaza, termasuk dirinya dan putrinya. Dia bahkan menyebut putrinya menganggap para anggota Hamas sebagai temannya.

“Dia (Emilia-putri Aloni) mengakui dirinya merasa Anda semua adalah teman-temannya, bukan hanya teman, tapi teman yang dikasihi dan baik,” tulis Aloni dalam suratnya.

“Terima kasih atas banyaknya waktu yang Anda habiskan sebagai pengasuh,” imbuhnya dalam surat tersebut.