Tantangan Di Tahun Mendatang Diprediksi Akan Lebih Berat

by -102 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Terdapat tiga pemicu kenaikan ekspor Sumut sebesar 8,41% pada bulan Oktober kemarin secara bulanan.

Pertama, meningkatnya ekspor lebih dikarenakan kenaikan harga cpo pada bulan Oktober, yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan bulan September. Kedua ada pelemahan mata uang Rupiah di bulan oktober, yang sebelumnya sempat melemah hingga mendekati 16.000 per US Dolarnya. Dan ketiga membaiknya demand atau permintaan.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan Harga CPO dunia pada September kemarin bergerak dalam tren menurun dalam satu bulan penuh.

“Harga CPO yang sempat menyentuh 4.000-an ringgit per ton di awal bulan, terus dalam tren penurunan hingga menyentuh 3.600-an ringgit per tonnya. Sementara itu, harga CPO dibulan oktober justru bergerak sebaliknya,” tuturnya, Rabu (6/12).

Sempat terpuruk hingga ke level 3.500-an ringgit per ton, berbalik naik dan cukup stabil di kisaran 3.800-an per ton. CPO yang menjadi andalan ekspor Sumut harganya selama September turun sekitar 6%. Meskipun tidak jauh berbeda dengan bulan Oktober, namun tren kenaikan harga CPO pada bulan oktober terjadi hingga berlanjut pada bulan November 2023 yang sempat kembali ke level 4.000 ringgit per tonnya.

“Akan tetapi yang paling terlihat memberikan penguatan pada kinerja ekspor adalah pelemahan mata uang rupiah. Bagi perekonomian nasional, pelemahan rupiah justru lebih banyak memberikan efek negatif seperti kenaikan harga kebutuhan hidup masyarakat. Namun bagi eksportir Sumut, kinerja ekspor justru diuntungkan dengan melemahnya rupiah terhadap US dolar,” ungkapnya.

Mata uang rupiah yang bergerak dalam rentang 15.200 hingga 15.500 pada bulan September, melemah menjadi 15.500 hingga 15.920 pada bulan Oktober. Sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang lebih besar, karena pelemahan rupiah itu sendiri. Selain juga, ketiga dikarenakan demand yang membaik yang tercermin dari kenaikan ekspor dalam satuan berat (ton) pada bulan Oktober.

“Di tahun depan, dengan masih rendahnya laju pertumbuhan ekonomi global. Ditambah dengan negara tujuan ekspor Sumut seperti China yang tengah mengalami perlambatan. Hal tersebut sangat berpeluang menekan kinerja ekspor Sumut di tahun 2024 mendatang. Ditambah lagi, penerapan kebijakan EURDR (UU Anti Deforestasi) Eropa berpeluang menambah buruk kinerja ekspor nantinya,” ungkapnya.

Perlambatan ekonomi global dan jika berasumsi bahwa Sumut mendapatkan sanksi dan terpaksa kehilangan pangsa pasar eropa, maka ekspor bisa anjlok hingga 10%.

“Tapi itu masih terlalu dini untuk menyimpulkannya. Selain dua faktor tersebut ada ancaman geopolitik (perang) yang setiap saat bisa saja menjadi malapetaka bagi ekspor Sumut. Jadi tantangan ekspor ke depan itu sulit, dan sulit juga untuk diproyeksikan,” tandasnya. (wol/eko/d1)

Editor: Ari Tanjung