Mahfud MD Mengkritik Program Makan Siang Gratis, TKN Menilai Beliau Tidak Paham

by -112 Views

JAKARTA, Waspada.co.id – Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo, menilai bahwa cawapres dari pasangan calon presiden Ganjar Pranowo, Mahfud MD, tidak memahami program makan siang, yang sebenarnya didorong oleh organisasi PBB The World Food Program (WFP).

“Pernyataan pak Mahfud itu membuat kita layak meragukan kepedulian Prof Mahfud terhadap kondisi gizi anak-anak Indonesia,” kata Dradjad, Minggu (31/12).

Dradjad menilai bahwa pernyataan cawapres dari pasangan calon presiden Ganjar Pranowo ini menunjukkan ketidakpahaman Mahfud tentang program yang sangat didorong oleh The World Food Program (WFP) dari PBB.

“Sangat memprihatinkan karena beliau masih Menko Polhukam yang seharusnya sangat memahami prioritas-prioritas PBB,” kata Ketua Dewan Pertimbangan PAN ini.

WFP memberikan prioritas yang sangat tinggi pada program ini. Makan siang bagi anak sekolah adalah salah satu investasi terbaik pemerintah. “Kita tahu belanja pemerintah itu ada komponen konsumsi dan komponen investasi. Para ekonom memberi preferensi kepada belanja investasi dibanding konsumsi pemerintah. Makan siang gratis ini termasuk dalam belanja investasi pemerintah,” ungkapnya.

Lebih memprihatinkan lagi, menurut Dradjad, Mahfud MD meremehkan program yang menjadi salah satu upaya andalan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Khususnya tujuan nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 8.

Ekonom senior INDEF ini menjelaskan, di dunia sudah 76 negara yang menjalankan program ini. Ada sekitar 418 juta anak di seluruh dunia yang menikmatinya. Jadi Prabowo-Gibran sebenarnya hendak menjalankan salah satu program yang termasuk praktek terbaik internasional.

Selain dampak itu, menurut Dradjad, program ini juga memiliki dampak ekonomi yang besar. Program ini akan banyak dinikmati oleh pelaku usaha rakyat. “Ketika kita bicara UMKM, sering yang terpikirkan adalah kredit, pelatihan, dan sebagainya. Jaminan pasar dan harga bagi UMKM sering terlupakan. Padahal jaminan pasar dan harga itu sangat krusial,” paparnya.

Dengan program ini, negara menjadi pasar bagi UMKM, dan menjamin harganya. Otomatis hal ini menjadi insentif bagi UMKM seperti peternak ayam pedaging, ayam petelur, sapi perah, sapi pedaging, petani palawija, sayur dan buah, petani padi, jasa katering (yang kebanyakan ibu-ibu), jasa transportasi, dan sebagainya. Uangnya berputar di rakyat.

Karena pasar dan harga dijamin negara, kata Dradjad, akan makin banyak orang yang mau ikut beternak dan sebagainya. Sehingga, produksi diharapkan akan meningkat. Jika tidak cukup, baru negara melakukan impor.

Bagi keluarga miskin dan mendekati miskin, lanjut Dradjad juga besar manfaatnya. Dengan program ini mereka tidak harus mengeluarkan biaya makan siang bagi anak-anaknya. “Otomatis mereka akan terangkat ke atas garis kemiskinan. Jadi program ini juga mengurangi kemiskinan,” ungkap Dradjad.

Program ini kelihatannya sederhana. Tapi dampaknya dahsyat. Mulai dari pengurangan stunting, peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya generasi penerus, pencapaian SDGs termasuk pengurangan kemiskinan, serta manfaat ekonominya bagi rakyat.

“Sudah beberapa kali Prof Mahfud offside. Sebelumnya soal food estate, sekarang soal makan siang. Saya berharap beliau masih bisa menjaga obyektifitas akademis, meskipun elektabilitasnya masih rendah. Tirulah pak Prabowo yang tidak segan-segan menyetujui bahkan memuji program pesaingnya ketika beliau melihat program tersebut memang bagus,” papar Dradjad. (wol/republika/mrz/d1)