Penurunan Ekspor Sumut Karena Permintaan Global Melambat

by -75 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Penurunan kinerja ekspor Sumut yang terjadi pada bulan November, menyisahkan kekuatiran akan adanya penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan karena secara rill kinerja ekspor Sumut juga melemah sekitar 13,6%, jika membandingkan antara November 2023 dengan November 2022.

“Kalau kinerjanya dihitung dari sisi nominal, penurunannya juga dalam besaran angka yang tidak jauh berbeda yakni 13,7%,” tuturnya, Selasa (9/1).

Tetapi fokusnya harus kepada kinerja ekspor dalam satuan berat (Ton), karena lebih mencerminkan bagaimana sisi demand terhadap produk Sumut di negara lain khususnya China. Dan jika membandingkan kinerja ekspor ke China pada bulan November 2023 yang sebanyak 145.639 Ton, mengalami penurunan 36% dibandingkan dengan bulan November 2022 yang sebanyak 227.883 Ton.

“Statistik ekonomi China pada bulan Noveber dan Desember terjebak dalam perlambatan ekonomi yang salah satunya terlihat dari melemahnya laju kenaikan harga. China mengalami deflasi sebesar 0,2% di oktober dan 0,5% pada bulan November. Ditambah lagi sektor manufaktur yang tercermin dari indeks PMI China juga tengah mengalami kontraksi karena indeksnya berada di angka 49 di Desember 2023,” ungkapnya.

Namun yang lebih parah adalah, porsi ekspor Sumut ke China justru mengalami kenaikan di tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2022. Pada periode Januari hingga November 2022 China menguasai pangsa ekspor Sumut sebanyak 17,54%.

“Namun untuk periode yang sama tahun 2023 pangsa ekspor Sumut ke China justru mengalami kenaikan menjadi 18,15% menurut rilis BPS,” jelasnya.

Di saat ekspor Sumut ke China anjlok tetapi justru pangsa pasar ekspor ke Chinanya meningkat, maka ekspor Sumut pada dasarnya tertekan karena melemahnya permintaan global. Dan sayangnya perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor Sumut berpeluang berlanjut di tahun depan. Belum lagi mempertimbangkan bagaimana implementasi EUDR (UU anti deforestasi eropa) yang bisa menekan kinerja ekspor Sumut lebih jauh.

“Data tersebut menunjukan dengan jelas bahwa sekalipun ekonomi Sumut diproyeksikan tumbuh 5.1% di tahun 203. Tetapi justru fundamental ekonnomi Sumut yang tercermin dari kinerja ekspor sangat rapuh. Ekspor yang melambat dan jika berlanjut kedepan, maka sudah semestinya pemerintah memiikirkan bagaimana merumuskan kebijakan ekonomi yang sejauh ini dimotori konsumsi rumah tangga,” tambahnya.

“Mengingat, penurunan kinerja ekspor Sumut akan menekan produktifitas industri di wilayah Sumut, yang pada akhirnya berpeluang menekan belanja masyarakat dan kemampuan konsumsi rumah tangga dalam pembetukan PDRB. Pertumbuhan ekonomi Sumut sejauh ini masih solid, tetapi fundamentalnya tengah digerogoti oleh perlambatan ekonomi global,” tandasnya. (wol/eko/d2)

Editor: Ari Tanjung