Penemuan Beras Bulog di Atas HET Masih Dilakukan oleh KPPU Medan – Waspada Online

by -73 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Mendekati bulan Ramadhan, KPPU Medan masih menemukan harga beras Bulog yang dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Kepala KPPU Kantor Wilayah I, Ridho Pamungkas, menyatakan bahwa di Pasar Simpang Limun, beras SPHP Bulog dijual secara eceran dengan harga antara Rp13.500-Rp14.000/kg.

“Pemantauan ini dilakukan untuk memantau ketersediaan beras menjelang Ramadhan dan Idul Fitri di beberapa wilayah, terutama Sumatera Utara. Seperti yang kita ketahui, Badan Pangan Nasional telah menetapkan harga beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog sebesar Rp11.500/Kg untuk zona 2 (termasuk Sumatera selain Lampung dan Sumatera Selatan, NTT, dan Kalimantan),” ujarnya, Rabu (6/3).

Pedagang yang ditemui mengakui mendapatkan beras tersebut dari agen atau tidak langsung dari Bulog dengan harga Rp620.000 per karung isi 50 Kg atau Rp12.400/kg, sehingga sulit untuk menjual sesuai HET. Sementara itu, beras SPHP kemasan 5 kg dijual dengan harga Rp64.000 atau setara Rp12.800/kg.

“Di Pasar Petisah, harga beras medium berkisar Rp14.000-Rp15.000/Kg, sementara beras premium dijual seharga Rp17.000/Kg. Pedagang menyatakan bahwa mereka tidak menjual beras SPHP dari Bulog karena distribusi beras SPHP Bulog dilakukan melalui mekanisme operasi pasar yang diadakan oleh PD Pasar dan PT Pilar sebagai distributor,” ungkapnya.

Dari segi pasokan, pedagang mengatakan tidak ada masalah dalam mendapatkan pasokan, namun harga dari pemasok memang sudah tinggi. Dibandingkan dengan minggu sebelumnya, harga beras juga telah mengalami penurunan di mana pedagang pernah menjual di harga Rp15.500/kg. Diperkirakan harga beras akan terus menurun seiring dengan masuknya masa panen raya yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Maret hingga Mei.

“Masih terdapat masalah dalam distribusi beras SPHP Bulog. Berdasarkan pengakuan pedagang, mereka mendapatkan harga tinggi dari agen, apakah benar agen mengambil margin tinggi dengan memanfaatkan perbedaan harga antara pasar beras dan beras Bulog. Hal ini membuat tujuan Bulog untuk menstabilkan harga beras di pasar tidak tercapai,” tegasnya. (wol/eko/d2)

Editor: Ari Tanjung