Ekspor Karet dari Sumut Tidak Berkembang dan Produksi Menurun – Waspada Online

by -106 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Volume ekspor karet alam dari Sumatera Utara pada bulan April 2024 sebesar 17.878 ton naik sedikit 2,06 persen secara Month to month (MoM) dibanding bulan sebelumnya.

Kenaikan ini tidak signifikan jika dibandingkan dengan Year-on-year (YoY) terhadap tahun 2023. Secara YoY jika dibandingkan dengan bulan April 2023, terjadi penurunan sebesar 20,14%. Jika melihat rata-rata volume ekspor bulanan normal sekitar 42 ribu ton (mampu sampai 50 ribu ton), terlihat bahwa kinerja ekspor karet Sumatera Utara terus mengalami pelemahan. Dari sisi produksi, kinerja industri karet SUMUT juga mengalami penurunan tipis sebesar 0,84%.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah, menyatakan bahwa faktor utama yang memengaruhi kinerja ekspor adalah kurangnya permintaan.

“Namun saat ini, faktor lain yang turut mempengaruhi kinerja ekspor adalah keharusan dari pembeli agar setiap partai karet yang diekspor harus mematuhi regulasi anti deforestasi Eropa yang dikenal dengan EUDR,” ujarnya, Sabtu (11/5).

Ekspor ke Eropa pada bulan April sebesar 21 persen dengan negara tujuan termasuk Belgia, Jerman, Italia, Luksemburg, Polandia, Slovenia, Turki, Inggris, dan Spanyol. Ekspor tersebut adalah karet remah (seperti SIR/TSR) untuk bahan baku pembuatan ban.

“Dampak yang lebih besar adalah bahwa negara tujuan di luar Eropa juga meminta pemenuhan EUDR, karena pembeli mereka adalah industri ban yang produknya akan dipasarkan ke Eropa dan harus mematuhi regulasi EUDR,” katanya.

Kesulitan pabrik dalam mematuhi regulasi EUDR menyebabkan penurunan volume ekspor. Seorang pengusaha (yang tidak ingin disebutkan namanya) mengatakan bahwa sulit untuk mematuhi regulasi EUDR tanpa bantuan pemerintah dalam hal legalitas lahan dan basis data petani karet.

Ekspor pada bulan April 2024, ada 21 negara tujuan ekspor, dengan lima negara teratas yaitu Jepang 26,63 persen, Amerika Serikat 26,49 persen, Kanada 7,45 persen, Brasil 6,99 persen, dan Polandia 4,66 persen.

“Penurunan produksi yang disebabkan oleh pasokan BOKAR yang semakin terbatas terus berlanjut, juga dipengaruhi oleh musim kemarau yang diselingi dengan hujan yang tidak menentu. Harga karet SIOCM-TSR20 rata-rata bulanan bulan April adalah 162,45 sen AS per kg atau naik 9,73 sen dari rata-rata bulan Januari,” ungkapnya.

“Selain gangguan penyakit gugur daun dan berkurangnya kebun karet, produksi karet pada bulan Mei diperkirakan akan terganggu lagi karena hujan yang tidak menentu,” tambahnya. (wol/eko/d1)

Editor: Ari Tanjung