Tanggapan Gibran Terkait Penyebutan dari PDIP sebagai Membangkang

by -119 Views

JAKARTA, Waspada.co.id – Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), menanggapi pernyataan elite PDI Perjuangan (PDIP) yang menyebutnya membangkang partai karena memilih menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2024.

Ia mengaku sudah meminta izin kepada Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan ketua Tim Pemenangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Arsjad Rasjid, sebelum memutuskan menjadi calon wakil presiden Prabowo.

“Saya kembali menjadikan Pak Hasto sebagai rujukan (Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang dianggap membangkang). Sekitar dua minggu yang lalu, saya sudah bertemu dengan Mbak Puan dan Pak Arsjad. Mereka berdua sudah memberi izin kepada saya untuk ikut bersaing,” kata Gibran di Surakarta, Jawa Tengah, Senin (30/10).

Sebelumnya, Hasto menyatakan PDIP sedang bersedih dan terluka karena merasa “ditinggalkan” oleh kader partainya.

Hasto mengungkapkan hal tersebut terkait manuver Presiden Jokowi yang mendukung Gibran, putra sulungnya, menjadi calon wakil presiden Prabowo yang menjadi pesaing Ganjar Pranowo yang didukung PDIP.

Kata Hasto, banyak akar rumput PDIP yang merasa tidak percaya bahwa kader terbaik mereka berpaling dari partai tersebut.

“PDI Perjuangan saat ini sedang menghadapi suasana sedih, hati yang terluka, dan menyerahkan diri kepada Tuhan dan rakyat Indonesia atas apa yang saat ini terjadi,” kata Hasto, Minggu (29/10).

Hasto menyebut PDIP telah memberikan “hak istimewa yang begitu besar” kepada Jokowi dan keluarganya.

Menurutnya, para pendukung PDIP dan akar rumput telah mendukung Jokowi sejak ia menjadi walikota Surakarta hingga menjadi presiden.

“Ketika DPP partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi,” kata Hasto, mengutip Kompas.com.

“Kami begitu mencintai dan memberikan hak istimewa yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan konstitusi,” lanjutnya.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat menyatakan bahwa Gibran telah membangkang partainya setelah memilih menjadi calon wakil presiden Prabowo.

Djarot juga merasa gagal sebagai orang yang bertugas melakukan kaderisasi di dalam tubuh PDIP.

“Saya merasa tertusuk duri. Prihatin. Ternyata nilai-nilai yang kita tanamkan di sekolah partai, masih ada seperti itu, hanya karena kekuasaan saja. Saya merasa bersalah dan gagal,” kata Djarot dalam diskusi yang diadakan Ganjar Center di Jakarta, Senin (30/10).

Dia menjelaskan, tugasnya adalah menanamkan ideologi serta menyiapkan kader melalui sekolah partai.

Dalam proses kaderisasi itu, kata Djarot, ada tiga hal utama yang ditanamkan yaitu disiplin, loyalitas, dan keikhlasan.

“Disiplin, disiplin dalam berbicara, teori, waktu, dan lain-lain. Kemudian, loyal, kader dididik untuk menjadi loyal. Loyal terhadap ideologi, tujuan negara, dan loyal terhadap aturan partai. Ketiga, keikhlasan,” lanjutnya.

Djarot menyebut Gibran adalah contoh kegagalannya dalam menanamkan loyalitas.

“Di beberapa hal, saya gagal. Termasuk, misalnya, pemberontakan yang dilakukan Gibran. Tidak ada loyalitas. Tidak ada disiplin,” tuturnya. (wol/kompastv/ryan/d2)