Potensi Gerakan Sideways Dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

by -90 Views

Dari pasar keuangan domestik, rilis data inflasi serta rilis kinerja sektor manufaktur di tanah air akan menjadi sentimen penggerak pasar pada hari ini.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menyatakan bahwa rilis data kinerja manufaktur di tanah air masih mengalami ekspansi, karena besaran indeksnya ada di level 51.9. Meskipun besaran indeksnya lebih rendah dibandingkan dengan bulan September, sehingga tidak akan berpengaruh besar bagi kinerja pasar keuangan pada hari ini.

“Bank Sentral AS juga akan menetapkan besaran suku bunga acuannya besok. Kebijakan tersebut pada dasarnya tidak perlu dikhawatirkan terlalu jauh. Lebih baik melihat apa yang akan dilakukan The FED kedepan nantinya, atau melihat ulasan ekonomi AS yang disampaikan. Saya tidak melihat ada potensi dimana kebijakan suku bunga acuan besok akan mempengaruhi pasar keuangan. Kecuali The FED menaikkan besaran bunga acuan dalam agendanya di pekan ini,” tuturnya, Rabu (1/11).

Besaran inflasi di tanah air secara tahunan diperkirakan masih akan berada di kisaran 2,7%. Angka yang pada dasarnya belum harus dikhawatirkan terlalu jauh. Namun dari sisi eksternal, data Manufacturing PMI China versi Caixin pagi ini tercatat 49.5 atau menggambarkan bahwa kondisi manufaktur tengah mengalami kontraksi. Besaran angkanya indeks manufakturnya sama dengan versi NBS sebelumnya.

“Pasar keuangan di Asia juga tidak begitu terpengaruh dengan rilis data manufaktur terbaru China. Di sesi perdagangan pagi ini sejumlah bursa di Asia bergerak stabil dengan kecenderungan menguat. IHSG juga berpeluang bergerak seirama dalam rentang 6.710 hingga 6.780 pada perdagangan hari ini. IHSG dibuka menguat di level 6.767,15 pada sesi pembukaan perdagangan hari ini. Namun, satu yang perlu diwaspadai adalah bahwa masih ada potensi dimana penguatan pada pasar saham bisa saja bersifat sesaat,” ungkapnya.

Di sisi lain, rupiah pada perdagangan hari ini bisa sedikit berbeda dengan kinerja IHSG. Mata uang Rupiah berpeluang kembali melemah seiring dengan kenaikan imbal hasil US Treasury 10 tahun yang sejauh ini berada di level 4.927%. Jika pada perdagangan hari ini imbal hasil tersebut bertahan hingga sesi penutupan, maka rupiah berpeluang ditransaksikan di level 15.890 hingga 15.940. Dan pada sesi pembukaan perdagangan hari ini, rupiah ditransaksikan di level 15.895.

“Sementara itu, harga emas sejauh ini ditransaksikan di level $1.980 per ons troy. Harga emas masih kesulitan untuk menembus level $2.000 per ons troy. Pelaku pasar masih memantau dinamika konflik di Timur Tengah, dimana sejauh ini wacana serta arah kebijakan cenderung menunjukkan adanya potensi eskalasi konflik yang lebih besar,” tandasnya. (wol/eko/d1)

Editor: Ari Tanjung