LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -106 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya bersahabat. Matanya tajam dan sikapnya sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Dia bisa lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air tanpa syarat. Mereka juga penuh percaya diri karena berhasil mengusir penjajah.

Pada pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia adalah orang yang taat beragama dan rajin ke masjid. Dia adalah orang pertama yang aktif membatasi perilaku keras kepala di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya adalah Letnan Dua. Setelah lulus, saya melaporkan diri kepada Panglima KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang terawat, dan seragam yang pas. Tidak ada sedikit pun lemak yang terlihat. Dia suka menggulung lengan pakaiannya untuk memperlihatkan bisep dan trisepnya yang besar. Dia tegas namun bersahabat.

Dia tipikal generasi ’45, memancarkan kepercayaan diri penuh setelah berhasil mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.

Saat pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Dia sangat religius dan rajin ke masjid. Dialah yang mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di antara Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran harus juga pandai minum alkohol dan unggul dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Menariknya, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan mengizinkan istrinya duduk di depan, bahkan jika tempat duduk depan kosong. Saat itu, mobil dinas Panglima KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser beratap kanvas. Baginya, mobil dinas adalah untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Ini adalah contoh yang menentukan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Unitnya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam sebuah operasi pemberontakan DI/TII di bawah komando Kolonel Infanteri Andi Muhammad Yusuf, Panglima Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Saat Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira tentara yang disebut P3AD di Bandung. Dari sinilah dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD yang terkenal lainnya termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link