Situasi IHSG dan Harga Emas Masuk dalam Catatan Negatif

by -111 Views

IHSG sempat menguat di sesi perdagangan pagi hingga menyentuh level 6.770. Namun penguatan IHSG hanya bertahan sesaat.

Kinerja IHSG selanjutnya terpuruk bahkan sempat melemah di bawah level 6.700. IHSG pada perdagangan hari ini ditutup melemah 0,34 persen di level 6.735,89.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan bahwa kinerja IHSG seirama dengan kinerja indeks bursa di Asia pada umumnya. IHSG ditutup tidak jauh dari level perdagangan sehari sebelumnya. Pelaku pasar saham masih cemas mengenai kebijakan yang akan diambil oleh Bank Sentral AS. Kenaikan suku bunga atau suku bunga tetap tinggi untuk waktu yang lama telah mengganggu pasar saham belakangan ini. Jika melihat kinerja bursa di Eropa yang banyak dibuka di zona hijau, maka ada kemungkinan IHSG juga akan menguat dalam perdagangan besok.

Sementara itu, mata uang rupiah mengalami penguatan dan ditutup di level 15.885 per Dolar AS. Imbal hasil US Treasury bergerak stabil, menjadi salah satu faktor yang membaiknya kinerja mata uang rupiah terhadap Dolar AS hari ini. Tekanan pada rupiah sedikit mereda seiring dengan melunaknya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan setelah data inflasi AS yang dirilis pada Sabtu pagi dinihari sebelumnya.

Harga emas berbalik menjadi di bawah level psikologis $2.000 per ons troy. Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan agak melandai belakangan ini setelah data inflasi AS yang dirilis tidak lebih besar dari ekspektasi sebelumnya. Kebijakan The FED minggu ini diperkirakan akan mempertahankan besaran suku bunga acuannya. Hal ini seharusnya dapat meminimalisir tekanan pada harga emas.

Namun, harga emas tetap rentan melemah secara teknikal. Ketika harga emas melewati level psikologis 2.000, harga emas memasuki fase jenuh beli dan rawan untuk mengalami koreksi teknikal. Oleh karena itu, peluang untuk konsolidasi di level 2.000 dalam jangka pendek sangat terbuka. Harga emas pada penutupan perdagangan ditransaksikan di kisaran $1.995 per ons troy. Kinerja harga emas diperkirakan akan terus menguat jika tensi geopolitik di Timur Tengah kembali memanas.