Inflasi Pangan di Sumut Hampir Mencapai 10 Persen, Petani Menghadapi Nasib yang Semakin Buruk – Berita Terbaru dari Waspada Online

by -195 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Sumut, cabai merah menjadi penyumbang terbesar inflasi, diikuti oleh bawang merah.

Menurut Gunawan Benjamin, seorang ekonom di Sumut, nilai tukar petani pada bulan Mei secara keseluruhan turun menjadi 132,12 dari sebelumnya 133,32, atau mengalami penurunan sebesar 0,9% dari bulan April.

“Inflasi Sumut secara keseluruhan pada bulan Mei mencapai 0,48% secara bulanan, atau 4,26% secara tahunan,” ujarnya pada Rabu (5/6).

Selain itu, inflasi pangan (makanan, minuman, dan tembakau) juga mengalami kenaikan sebesar 1,43% secara bulanan, dan mencapai 9,97% secara tahunan. Kenaikan inflasi pangan jauh lebih tinggi daripada inflasi umum, yang mengakibatkan tergerusnya daya beli petani.

Petani tanaman pangan, seperti padi dan palawija, mengalami penurunan NTP menjadi 98,69 pada bulan Mei. Hal ini disebabkan oleh harga beras dan gabah yang merosot belakangan ini.

Di sisi lain, petani hortikultura juga mengalami penurunan nilai tukar petaninya, namun masih di bawah 100. Meski ada kenaikan harga komoditas hortikultura, namun petani tetap mengalami kerugian.

Meskipun ada beberapa sub-sektor pertanian yang masih menguntungkan, seperti tanaman sayur-sayuran, namun sub-sektor buah-buahan, tanaman obat, dan peternakan mengalami kerugian.

Inflasi pangan yang tinggi di Sumut memberikan kerugian kepada konsumen, sementara petani masih menghadapi NTP yang rendah, di bawah 100.

Pemerintah perlu mencari solusi untuk masalah inflasi yang merugikan semua pihak ini. Semua pihak, baik konsumen maupun petani, harus diperhatikan dalam menangani masalah ini.