Pratama Persadha, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, memberikan tanggapannya terkait kesalahan nilai tukar dolar AS yang ditampilkan di Google pada 1 Februari 2025. Kesalahan ini menjadi sorotan netizen Indonesia di berbagai media sosial. Menurutnya, Google menggunakan algoritma untuk menarik data dari berbagai sumber, namun adanya bug atau gangguan teknis dapat membuat data yang disajikan menjadi tidak akurat. Sumber data nilai tukar dari lembaga keuangan dan pasar valuta asing yang berbeda juga dapat menyebabkan variasi nilai tukar yang ditampilkan. Pratama menekankan pentingnya tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi nilai tukar, melainkan juga memeriksa sumber resmi seperti Bank Indonesia, lembaga keuangan besar, atau layanan keuangan terpercaya seperti Bloomberg, Reuters, dan OANDA untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan dapat diandalkan. Dalam konteks ketidakpastian digital, kehati-hatian dalam memverifikasi informasi akan membantu dalam pengambilan keputusan finansial yang lebih baik. Selain itu, peran manusia dalam memasukkan dan memperbarui informasi dalam sistem berbasis data juga menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi akurasi nilai tukar yang ditampilkan. Meskipun Google memiliki sistem keamanan yang canggih, kemungkinan manipulasi data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab juga perlu diwaspadai. Sebagai langkah pencegahan, Pratama mengingatkan pentingnya mencari informasi dari sumber yang dapat dipercaya selain Google untuk memastikan keakuratan nilai tukar yang disajikan.(wol/eko/republika/d2)
“Ini Kata Pakar IT Tentang Tampilan Nilai Tukar Dolar Google”
