Waspada Online – Kekurangan Pasokan Membuat Deflasi di Sumut Tidak Hanya Berita Positif

by -169 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Sumatera Utara mencatat deflasi sebesar 0,07 persen (month to month) pada bulan Oktober.

Angka ini lebih rendah dibandingkan ekspektasi sebelumnya. Performa deflasi ini menjadi berita baik karena dibandingkan dengan realisasi inflasi sebesar 0,37 persen pada bulan September. Inflasi bulan lalu banyak disumbang oleh kenaikan harga beras yang melebihi inflasi rata-rata nasional.

Ekonom Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi pada bulan Oktober diikuti dengan pengendalian pasokan untuk sejumlah komoditas bahan pangan, seperti daging ayam dan beras.

“Pasokan kedua komoditas pangan tersebut sangat dikendalikan oleh peternak untuk daging ayam, sementara Bulog untuk beras. Peternak justru memotong pasokan mereka pada bulan Oktober. Namun yang terjadi adalah penurunan harga daging ayam di bawah harga produksi peternak,” kata Gunawan Benjamin, Rabu (1/11).

Berbeda dengan daging ayam, harga beras justru berhasil distabilkan dan tidak bergejolak berkat upaya Bulog dalam mengintervensi pasar. Jadi ketika peternak daging ayam mengurangi pasokan, harga justru turun, namun Bulog justru menambah pasokan sehingga harga tetap terkendali. Hal ini tidak biasa, yaitu ada pengurangan pasokan daging ayam namun harga justru turun.

“Dalam penelitian lapangan, sejumlah pedagang besar ayam potong mengeluhkan lambatnya penjualan ayam potong akhir-akhir ini. Sering ditemukan stok ayam potong yang tidak laku terjual setiap harinya. Sementara itu, rencana pengurangan produksi ayam indukan (DOC) muncul seiring dengan penurunan harga daging ayam saat ini,” ungkapnya.

Penurunan pasokan menjadi cara untuk mengendalikan harga ekonomi daging ayam. Dugaan sementara adalah penurunan harga ikan segar sebagai pengganti serta penurunan konsumsi.

Selain itu, harga cabai juga mengalami keadaan yang tidak jauh berbeda. Meskipun produksi panen menurun, harga juga tidak meroket seperti biasanya.

“Jadi deflasi yang terjadi bulan ini sebaiknya diikuti dengan analisis mendalam penyebabnya. Jika terjadi inflasi pada bulan November atau Desember, kenaikan harga bisa disebabkan oleh pasokan yang dikendalikan atau secara alami pasokan tersebut mengalami penurunan. Jadi, deflasi bulan ini bukan sepenuhnya menjadi berita baik,” tandasnya. (wol/eko/d1)

Editor: Ari Tanjung